Tuesday, May 3, 2022

, , ,

Perkembangan Anak dan Remaja (holistik) - Hidup Kreatif

grefer pollo

oleh: Grefer Pollo


Mengenal Perkembangan Anak



Anak Usia 4-6 tahun



Perkembangan Emosional


  • Emosi yang dialami tiap-tiap anak berbeda dan anak belum mampu untuk mengontrolnya.
  • Emosi anak belum stabil, mudah menangis, mudah tertawa, cepat berubah-ubah.
  • Anak kecil bisa marah dan meledak kalau terlalu banyak halangan.
  • Dapat menunjukan rasa jengkel dan egois.
  • Mudah iri hati, kalau tidak diperhatikan/pilih kasih.
  • Cepat bosan.
  • Senang alam semesta. Contoh: bunga, binatang, pemandangan, dll.
  • Suka snack/ makanan ringan.
  • Mampu menunjukkan rasa sayang dan mampu menunjukkan rasa benci.

 

Impilkasi Pembinaan

  • Menciptakan suasana yang nyaman dan gembira.
  • Mampu menunjukkan pengertian, kemudian memberikan arah untuk melakukan aktivitas baru
  • Berikan penjelasan tentang larangan agar anak mengerti dan tidak membiasakan dengan alat atau janji.
  • Memberikan rasa nyaman dan damai.
  • Berilah pengertian, perhatian dan kasih
  • Ubah metode pengajaran.
  • Mengajarkan bahwa segala sesuatu di ciptakan Allah, sehingga anak memuji Allah.
  • Mengajarkan untuk berterima kasih atas segala makanan.
  • Mengajarkan untuk dapat mengkespresikan rasa sayang kepada anak-anak lain.


Perkembangan mental

  • Pengertian akan kata-kata bertambah tetapi masih terbatas.
  • Pengertian tentang jarak dan waktu masih sangat terbatas.
  • Daya tahan konsentrasi sangat terbatas.
  • Mengerti hal yang nyata.
  • Dapat menghafal tetapi belum mengerti artinya dan juga cepat lupa.
  • Memberi respon terhadap rangsangan intelek.
  • Belajar melalui menirukan orang lain.
  • Selalu ingin tahu.
  • Daya khayal kuat, kadang-kadang sulit membedakan kenyataan dan khayalan sangat kreatif, suka membuat cerita sendiri.
  • Belajar melalui semua panca indera; melihat, meraba, merasa, mencium, mendengar.

Implikasi Pembinaan

  • Menggunakan kata-kata yang sederhana, ulangi kata-kata baru, ucapan perlu jelas.
  • Tidak usah menyebut kilometer atau fakta sejarah.
  • Minta perhatian untuk waktu tertentu saja, kemudian ganti aktivitas.
  • Berbicaralah hal yang nyata.
  • Bahan hafalan (doa, nyanyian, ayat Alkitab) harus jelas dan sederhana, sering diulangi dan dibahas ulang, sehingga pengertian bertambah.
  • Pakailah kata-kata baru, nyanyian baru (yang sederhana).
  • Jadilah teladan yang dapat ditiru. Hentikanlah kelakuan anak yang kurang baik, sebelum dicontoh oleh anak lain.
  • Jawablah dengan sabar semua pertanyaan.
  • Dengarkanlah baik-baik kalau seorang anak kecil bercerita untuk mengerti alam pikirannya. Cegahlah kalau berlebihan. Pakailah daya khayal dalam drama spontan.
  • Susunlah ruangan sedimikian dan upayakan alat peraga, supaya ada rangsangan untuk panca indera.


Perkembangan Sosial

  • Egois, belum mengerti orang lain.
  • Orientasi ialah terhadap keluarga (orang tua, kakak, adik).
  • Ingin dipuji, diperhatikan.
  • Butuh dukungan.
  • Senang bermain bersama teman.

Implikasi Pembinaan

  • Berilah cukup perhatian kepada setiap anak/tidak pilih kasih dan duduk berdekatan.
  • Memperkenalkan orang tua setiap anak, bercerita tentang keluarga dalam Alkitab.
  • Pujilah dia asal jangan berlebihan.
  • Apa yang benar dan baik dapat didukung.


Perkembangan Fisik

  • Sangat aktif, selalu bergerak, fisik anak akan bertumbuh dengan pesat.
  • Ia lebih suka melakukan sesuatu daripada menjadi penonton.
  • Ia belum dapat tahan pada aktivitas yang terlalu lama.
  • Bertumbuh dengan pesat.
  • Mudah terserang penyakit.

Implikasi Pembinaan

  • Ruangan belajar atau aktivitas sebaiknya tidak sempit.
  • Sediakan waktu untuk menggambar, memilih nyanyian dengan gerakan, permainan jari, drama.
  • Menyusun acara kegiatan PPA yang bervariasi, cerita Alkitab 5-10 menit saja.
  • Perhatikanlah anak yang kurang sehat.


Perkembangan Rohani

  • Mudah percaya.
  • Ikut kepercayaan orang tuanya.
  • Mulai membedakan yang benar dan yang salah.
  • Mengasihi Allah sebagai Pencipta dan Pemberi segala sesuatu yang baik, sebagai Tuhan yang dapat menolong.

Implikasi Pembinaan

  • Apa yang diajar harus benar, agar layak dipercaya/tidak menyesatkan.
  • Orang tua harus menjadi teladan yang baik. Mentor/Staf PPA mengusahakan hubungan yang baik dengan orang tua anaknya.
  • Ajarlah bahwa Allah mau supaya kita melakukan yang baik, Tuhan mau mengampuni kesalahan kita.
  • Memimpin anak untuk menyembah Allah sebagai Pencipta, Pembina, Penolong.



Anak Usia 7-11 tahun


Perkembangan Fisik

  • Bertumbuh pesat, lengan dan kaki panjang, kemudian jadi gemuk.
  • Gigi susu ganti gigi tetap.
  • Penuh energi, suka bergerak dan aktif sekali, lama-kelamaan keaktifan lebih terarah.
  • Masih senang berlari-lari.

Implikasi Pembinaan

  • Perlu makanan yang bergizi, dan cukup banyak istirahat, aktivitas ramai berselang-seling dengan aktivitas tenang.
  • Jagalah terhadap gula-gula/permen.
  • Latihlah, melalui permainan sepak bola atau permainan lain, berenang, dsb.
  • Permainan dibutuhkan sebagai selingan belajar, bekerja, dan bermain harus seimbang.

 

Perkembangan Sosial

  • Masih merasa dekat dengan orang tua. Senang dalam keluarga mereka.
  • Hormat dan segan kepada pendidik/pengajar/mentor.
  • Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai hilang dan diganti dengan kesanggupan untuk mengerti.
  • Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri.
  • Kurang sabar terhadap anak kecil.
  • Belum tahu "kalah dengan hormat".

Implikasi Pembinaan

  • Carilah kontak yang baik dengan orang tua. Kunjungilah keluarga mereka.
  • Janganlah mengecewakan mereka.
  • Berilah banyak kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya, ajarlah agar saling mengerti.
  • Mentor/staf PPA harus dekat dengan mereka bila mereka bertengkar, ia perlu berfungsi sebagai jembatan perdamaian.
  • Ajarlah mereka untuk mengerti anak kecil.
  • Belum waktunya untuk mengadakan banyak perlombaan, lebih baik mengajarkan kerja sama.

 

Perkembangan Mental

  • Konsentrasi tahan lebih lama, mereka sanggup mengikuti pelajaran di sekolah antara 30-35 menit per tatap muka
  • Dapat mengikuti instruksi mentor dan mengerjakan tugas tertentu.
  • Bertumbuh dalam hal tanggung jawab karena dapat lebih mengerti.
  • Senang mendengar cerita, meskipun sudah dapat membaca
  • Belajar membaca, menghitung, menulis.
  • Belum mengerti hal yang abstrak. Cara berfikir berdasarkan hal yang konkrit.
  • Belum mempunyai pendapat sendiri, masih bergantung dari pendapat orang dewasa, orang tua, atau mentor.

 Implikasi Pembinaan

  • Mengharapkan/antisipasi mereka untuk duduk tenang selama bercerita, kemudian diberi kesempatan untuk bergerak.
  • Berilah tugas, seperti mengulangi ayat hafalan atau cerita.
  • Berilah tanggung jawab sesuai kemampuan.
  • Jadikanlah cerita Alkitab pusat pelajaran di PPA.
  • Jika alat peraga menggunakan huruf maka gunakan huruf yang jelas.
  • Pakailah kara-kata dan contoh-contoh berdasarkan hal yang konkrit dan sederhana.
  • Tidak harus ditawarkan banyak keputusan. Berilah contoh yang baik dalam kelakuan dan perkataan, dan menantikan mereka meniru contoh itu.


Perkembangan Emosional

  • Lebih stabil, tetapi mudah gelisah, gugup, kadang-kadang putus asa.
  • Pada permulaan anak merasa kuatir, belum bisa, lama-kelamaan lebih yakin akan diri sendiri.
  • Kurang sabar terhadap diri sendiri.
  • Membesar-besarkan.
  • Dapat merasakan perasaan teman lain juga perasaan orang tua.

 Implikasi Pembinaan

  • Usahakan suasana yang tenang, ramah. Anak tidak boleh ditertawakan.
  • Berilah tugas yang tidak terlalu sulit. Memberanikan anak dalam segala hal yang terasa sulit.
  • Ajarlah dia bekerja dengan tenang dan menyelesaikan apa yang dimulai dengan teliti.
  • Membetulkan fakta tanpa mempermalukan.
  • Ajarlah dia untuk mengekspresikan rasa sayang dan juga menolong kawan dalam kesulitan, termasuk orang tua.

 

Perkembangan Rohani

  • Mereka senang datang ke sekolah minggu atau PPA
  • Kenal akan Allah, mulai bertanya tentang surga, neraka dan kematian.
  • Senang menghafal ayat firman Tuhan.
  • Sudah sadar akan dosa.
  • Mengasihi Yesus sebagai teman dan penolong.
  • Mereka memiliki iman sederhana, dan dapat dibimbing untuk menerima Tuhan Yesus.
  • Anak umur ini seperti tanah liat kalau menerima firman Tuhan, tetapi seperti batu yang keras dalam memegang apa yang telah diterima.

Implikasi Pembinaan

  • Jagalah supaya kesenangan ini tetap melalui persiapan yang matang dan pelajaran yang menarik, suasana kasih, tertib.
  •  Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur.
  • Berilah ayat hafalan setiap pelajaran. Jagalah bahwa ayat tidak terlalu sulit/panjang.
  • Ajarlah bahwa Tuhan membenci dosa, tetapi mengasihi anak berdosa dan bersedia mengampuni.
  • Ajarlah banyak tentang Tuhan Yesus.
  • Memberi kesempatan untuk dapat menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
  • Ajarlah hal yang besar dengan cara terbaik karena mereka mengalami masa perkembangan yang baik sekali untuk "menerima dan memegang".

 

Anak Usia 12-17 tahun


Perkembangan fisik

  • Aktif/penuh kegiatan, badan kuat dan seimbang, suka mengembara di alam terbuka, senang berolah raga.
  • Tertarik kepada orang yang kuat dan cakap, olahragawan sebagai pahlawan tetapi juga tokoh-tokoh yang berhasil di bidang lain.
  • Lebih senang bermain dari pada bekerja, khususnya kalau pekerjaannya tidak sesuai dengan selera atau minta.
  • Suka berkelahi karena berkompetisi

Implikasi Pembinaan

  • Berilah kesempatan untuk petualangan, tantanglah dia melalui aktivitas di alam terbuka, berilah kesempatan berolah raga sesuai dengan kesanggupan yang ada.
  • Ceritakanlah tentang pahlawan-pahlawan iman dari Alkitab yang "berhasil", meskipun mereka juga menderita.
  • Tantanglah mereka, supaya mereka selesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin, kemudian mereka diijinkan bermain.
  • Mengadakan perlombaan yang kreatif, dan ajarlah konsep "kalah dengan hormat", menang tidak sombong dan tidak meremehkan yang kalah

 

Perkembangan sosial

  • Masih tunduk terhadap pemimpin, tetapi coba mengujinya melalui memberontak.
  • Rindu pemimpin yang tegas, berani dan berwibawa.
  • Akan mendendam kalau diperlakukan tidak adil.
  • Setia kawan, suka berkelompok dalam "gang". Anak yang kurang berani atau kurang kuat dijauhkan.
  • Mulai tertutup terhadap orang tua, tahu menyimpan rahasia.
  • Mulai menjauhi lawan jenis.

 Implikasi Pembinaan

  • Jadilah pemimpin yang cerdas dan yakin (persiapan yang memadai) dan mempertahankan disiplin dan suasana saling menghormati dalam kelas.
  • Tantanglah mereka, sebelum mereka menantangmu! Kewibawaan berasal dari hidup berdisiplin sendiri dan bergaul dengan Tuhan.
  • Memperlakukan mereka dengan adil.
  • Cobalah untuk mengenal dan memenangkan "kepala" kelompok, supaya dia menjadi penolong. Ajarlah mereka memperhatikan anak-anak yang lemah.
  • Cobalah untuk mendapat kepercayaan mereka tanpa memaksa mereka. Jadilah teman mereka.
  • Biarlah mereka duduk terpisah, tapi jagalah suasana saling menghormati.

 

Perkembangan Mental

  • Konsentrasinya baik, mudah menghafal.
  • Suka akan penyelidikan, berusaha mencari jawaban sendiri.
  • Ingin mengetahui tentang negara dan kebudayaan negara lain.
  • Memperkembangkan pendapat sendiri.
  • Senang mengadakan koleksi, misalnya perangko, kupu-kupu, serangga
  • Mempunyai pengertian tentang keadilan.
  • Ingin bebas, menentang paksaan.
  • Biasanya percaya diri.

Implikasi Pembinaan

  • Merencanakan bahan hafalan yang berguna.
  • Mereka dapat diaktifkan untuk mencari jawaban sendiri dalam Alkitab atau bacaan lain.
  • Sajikan cerita misi dan cerita-cerita dari orang Kristen di negara lain.
  • Berilah kesempatan untuk bertanya, berdiskusi.
  • Memberanikan mereka untuk membagikan pengalaman tentang koleksi mereka.
  • Berlakulah adil dalam segala hal, menekankan keadilan dan sifat adil dari Tuhan.
  • Berilah kebebasan tanpa menghilangkan disiplin.
  • Meskipun mereka tampak yakin dan berani, ajarlah mereka supaya hidup bergantung dari Tuhan.

 

Perkembangan Emosional

  • Mereka masih senang diperhatikan, tetapi canggung menerima kasih yang dinyatakan secara terang-terangan.
  • Mereka biasanya merasa aman; tidak banyak hal yang menakutkan mereka. Kalau takut, mereka segan mengakuinya.
  • Dapat cepat marah, tetapi emosi marah tidak lama.
  • Senang humor, tetapi kadang-kadang tidak tahu batas dan menyakiti orang lain dengan lelucon yang tidak pada tempatnya.

Implikasi Pembinaan

  • Berilah perhatian pribadi kepada mereka, tanpa menonjolkan perhatian itu di depan kawan sebaya mereka.
  • Coba mengerti, dimana ada segi-segi yang membuat mereka merasa kurang aman, bicarakanlah tentang hal itu tanpa memancing pertanyaan, berilah kenyataan saja.
  • Tetap tenang, meskipun dimarahi, baru berbicara, kalau rasa marah berkurang.
  • Jangan tunjukkan sikap terlalu serius, pakailah humor di mana mungkin, tetapi ajarlah juga di mana batasan lelucon; ajarkan mereka ikut merasakan perasaan orang lain (empati)

 

Perkembangan Rohani

  • Banyak pertanyaan tentang hidup sebagai orang Kristen, apa yang tidak boleh.
  • Masih senang datang ke sekolah minggu atau PPA, khususnya kalau boleh aktif dan senang dengan guru atau mentor.
  • Senang dengan cerita Alkitab tentang pahlawan iman dan sejarah bangsa Israel.
  • Suka melakonkan drama spontan, juga menyanyi dalam koor atau VG.
  • Tidak terlalu beremosi dalam kerohaniannya.
  • Terbuka terhadap perkara-perkara rohani, dan dapat diajar tentang pertobataan dan keselamatan.
  • Mereka tahu akan akibat dari perbuatan yang tidak baik/dosa dan takut akan akibat itu.
  • Sering mereka menetapkan tujuan moral yang terlalu tinggi.
  • Anak besar membutuhkan dorongan untuk membaca Alkitab pribadi tiap hari.

Implikasi Pembinaan

  • Pakailah segala kekayaan Alkitab khususnya sepuluh Hukum, untuk menanamkan suatu patokan untuk hidup kekristenan mereka.
  • Berilah tanggung jawab kepada mereka sebanyak mungkin, ajarlah mereka supaya saling memperhatikan dan saling menolong secara aktif.
  • Pengembangan kurikulum PPA untuk umur itu perlu mengajar banyak tentang pahlawan iman.
  • Berilah kesempatan untuk ekspresi kreatif. Baik sekali kalau diadakan koor atau VG.
  • Kalau menantang mereka, umpamanya untuk bertobat, tidak usah merangsang emosi.
  • Berilah pengetahuan dan kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan.
  • Berilah pengertian bahwa dosa dapat dihapus oleh darah Tuhan Yesus Kristus dan bahwa akibat dosa boleh diserahkan kepada Tuhan.
  • Ajarlah mereka hidup sesuai dengan patokan Tuhan yang juga memberi kekuatan untuk berbuat baik.
  • Berilah dorongan secara positif: Firman Tuhan adalah "makanan tubuh rohani kita". Kalau ingin menjadi kuat, harus membaca.
  • Memperkenalkan bahan untuk waktu teduh. 

 

Perkembangan Iman Menurut James Fowler

James Fowler adalah seorang teolog yang juga belajar psikologi perkembangan di Universitas Harvard. Teorinya sangat dipengaruhi oleh teori Jean Piaget, Erik Erikson, dan Lawrence Kohlberg. 

Iman menjadi hampir identik dengan pembuatan makna. Ini adalah cara untuk melihat diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain di latar belakang makna dan tujuan bersama.

Menurut Fowler, iman, seperti aspek kognisi lainnya, dapat berkembang dari perspektif satu sisi yang cukup sederhana, berpusat pada diri sendiri ke pandangan yang lebih kompleks, altruistik, dan multisisi. 

Iman adalah proses perkembangan; karena seseorang memiliki lebih banyak pengalaman mencoba untuk mendamaikan agama dengan kehidupan sehari-hari, iman orang tersebut dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi. 

Iman memberi manusia alasan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, cara untuk memahami masa lalu, dan harapan untuk masa depan (misalnya, pandangan dunia yang Alkitabiah).

 

7 Tahap Perkembangan Iman Menurut James Fowler


Tahap 0 – Iman Primal atau Tak Terbedakan (Primal or Undifferentiated Faith)

  • Membangun kepercayaan vs ketidakpercayaan (menurut konsep Erikson)
  • Keterikatan kepercayaan pada pengasuh pada dasarnya merupakan keyakinan pada orang lain
  • Pra-gambar pertama kita tentang Tuhan berasal dari sini
  • Gesell dan yang lainnya telah menemukan bahwa seringkali gambaran anak tentang Tuhan mirip dengan gambaran yang mereka miliki tentang orang tua mereka (yaitu, mencintai, memaafkan, menghukum, dll.)
  • Tipikal bayi dan balita

 

Tahap 1 – Iman Intuitif-Proyektif (Intuitive-Projective Faith)

  • Ajaib, tidak logis, imajinatif
  • Fantasi, terutama tentang kekuatan Tuhan
  • Tipikal anak-anak usia 3 hingga 7

 

 Tahap 2 – Iman Mitos-Literal (Mythical-Literal Faith)

  • Secara pribadi mengambil cerita agama secara harfiah
  • Percaya secara sederhana pada kekuatan simbol
  • Melibatkan timbal balik – Tuhan memastikan bahwa mereka yang mengikuti hukum-Nya diberi penghargaan dan mereka yang tidak dihukum
  • Tipikal masa kanak-kanak pertengahan dan dewasa

 

Tahap 3 – Iman Sintetis-Konvensional (Synthetic-Conventional Faith)

  • Penerimaan nilai-nilai agama secara nonintelektual dalam konteks hubungan interpersonal
  • Mengkoordinasikan keterlibatan individu dalam dunia sosial yang kompleks
  • Memberikan rasa identitas dan menambah makna hidup
  • Tahap keyakinan “Konformis” – mempertimbangkan keadaan orang lain dan “apa yang terasa benar” lebih dari apa yang masuk akal secara intelektual

 

Tahap 4 – Keyakinan Reflektif Individu (Individual-Reflective Faith)

  • Pelepasan intelektual dari nilai-nilai budaya dan dari persetujuan orang-orang penting lainnya
  • Mungkin paling baik dicirikan sebagai “menguji imanmu”
  • Sering kali melibatkan pengalaman tak terduga di masa dewasa (misalnya, perceraian, kehilangan pekerjaan, kematian anak)
  • Komitmen aktif terhadap tujuan hidup dan gaya hidup yang berbeda dari kebanyakan orang

 

Tahap 5 – Iman Konjungtif (Conjunctive Faith)

  • Menggabungkan kedua gagasan bawah sadar yang kuat (mis doa) dan rasional, nilai-nilai sadar (misalnya, nilai hidup dibandingkan dengan properti)
  • Ditandai dengan kesediaan untuk menerima kontradiksi

 

Tahap 6 – Universalisasi Iman (Universalizing Faith)

  • Kesampingkan kesejahteraan pribadi dan rela berkorban kehidupan sendiri untuk menyatakan nilai-nilai universal
  • Sangat sedikit orang yang pernah mencapai tahap ini (teks memberi Musa sebuah contoh)

 

Catatan Tambahan

Profesional

Profesional dicirikan oleh atau sesuai dengan standar teknis atau etika suatu profesi. Artinya, menjadi professional maka seharusnya dapat melakukan sesuatu yang sejalan dengan apa yang sedang dikerjakan secara etis dan berkualitas.

 

Kreatif

Kreatif adalah suatu kemampuan yang ada pada individu atau kelompok yang memungkinkan mereka untuk melakukan terobosan atau pendekatan-pendekatan tertentu dalam memecahkan masalah dengan cara yang berbeda.

 

Secara etimologi (ilmu akar kata)

Kata “kreasi” berasal dari masa Middle English yakni kata “createn”, yang juga berasal dari kata Latin “creātus”, dengan bentuk lampaunya dari kata “creāre” yang berarti “untuk mewujudkan, melahirkan, menyebabkan tumbuh”.

 

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kreatif/kre·a·tif/ /kréatif/ a 1 memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; 2 bersifat (mengandung) daya cipta

Kemampuan Kreasi Manusia

Allah = creator

Manusia = creation

Manusia mampu berkreasi karena Allah menciptakan dia segambar dan serupa dengan Allah. Manusia menurunkan kemampuan kreasi dari Allah

 

Karena itu, kreativitas harus dikerjakan menurut kehendak Allah yakni membangun jemaat-Nya (tubuh Kristus = 1 korintus 12 dan Efesus 4:12).

 

Prinsip:

  • 1. kita tidak dapat memberi dari apa yang tidak kita miliki
  • 2. gembala melahirkan gembala

  

Dalam kehidupan manusia, hal-hal kreatif dapat diwujudkan ke dalam berbagai bentuk, diantaranya:


1. Ide

Pemikiran yang kreatif akan menghasilkan ide yang unik dan tidak terpikirkan sebelumnya. Ide merupakan suatu pemikiran yang menciptakan solusi atas masalah yang sedang dihadapi.


2. Produk (Barang/Jasa)

Produk yang dihasilkan juga merupakan salah satu wujud dari kreativitas. Produk ini bisa sangat mendukung pelayanan PPA

 


Ciri-Ciri Orang Kreatif

a.  Sering Berimajinasi

b.  Menyukai Tantangan

c.   Mudah Beradaptasi

d.  Mudah Merasa Bosan

e.   Pribadi yang unik

 

 

Contoh Perilaku Kreatif

  1. Mengubah barang bekas yang sudah tidak dipakai menjadi sesuatu yang bisa digunakan. Misalnya, membuat kain sisa yang sudah dibuang menjadi boneka
  2. Mengubah barang yang sudah rusak dan tidak bisa dipakai menjadi sesuatu yang baru dan bisa dipakai. Misalnya, membuat alat peraga mengajar dari kayu kursi yang patah dan dibuang
  3. Mengubah barang alami yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang bisa digunakan. Misalnya, membuat alat peraga dari bahan daun-daun kering.
  4. Menggunakan pengalaman hidup sehari-hari menjadi ilustrasi pengajaran Alkitab kepada anak-anak

 


Belajar public speaking (MC)

Beberapa tips berikut bisa dipelajari:


1.   Kuasai Materi

  Menguasai materi adalah hal yang paling dasar yang harus dan perlu    dilakukan

2.   Menggunakan bahasa yang mudah dipahami

Sesuai penggunaan bahasa dengan kemampuan audiens untuk mencerna pesan

3.   Berlatih di depan cermin

Berlatih berbicara di depan cermin dengan melihat diri sendiri saat berbicara maka akan membantu untuk tahu dimana kesalahan-kesalahan kita saat berbicara nanti

4.   Gunakan seni berbicara

Gunakan tempo untuk berbicara santai, cepat, lembut, keras, dan berhenti sejenak. Itu akan membuat para pendengar menjadi senang mendengarkan dan materi yang diberikan menjadi menarik.

5.   Fokus Pada Topik

Saat berbicara fokus kepada topik yang sedang dibahas

6.   Lakukan Interaksi dengan Penonton

Jadi penonton sebagai teman dan bangunlah interaksi yang baik.

7.   Pahami Kekuatan dan Kelemahan Diri

Setiap pembicara itu unik, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ini perlu dipahami dan lakukan sesuai dengan keunikan itu.

8.   Perhatikan penampilanmu

 9.   Lakukan kontak mata

 10. Ucapkan terima kasih

 11. Jangan Langsung Berbicara Saat Baru Tampil ke Depan

Pada detik-detik inilah bisanya seorang pembicara akan merasa gugup bahkan hingga gemetar atau berkeringat. Jangan langsung berbicara untuk menutupi kegugupan itu. Melainkan, coba jalan perlahan dan diam sejenak untuk tarik nafas dan berdiam sejenak di depan sebelum kamu mulai berbicara. Ketika seorang pembicara bisa mengontrol diri dan menyapa penonton dengan tegas maka itu akan  menunjukkan kesan bahwa dia percaya diri dan menguasai situasi.




0 comments:

Post a Comment