Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi adalah
sarana dan metode yang digunakan untuk mengembangkan wawasan pengetahuan siswa
di luar materi yang tidak termasuk dalam silabus atau materi tertulis atau
persiapan mengajar guru.
Misalnya karakter, budi pekerti, sopan santun, nilai budaya,
menciptakan dan menimbulkan sikap responsif, responsibel, dan apresiatif
terhadap lingkungan hidup.
Kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) menunjuk kepada pelajaran, nilai, dan perspektif tidak tertulis,
tidak resmi, dan sering kali tidak disengaja yang dipelajari siswa di sekolah.
Sementara kurikulum “formal” atau yang
tertulis atau yang ada di silabus terdiri dari pelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang diikuti siswa, serta pengetahuan dan keterampilan yang
sengaja diajarkan oleh guru kepada siswa.
Kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum) terdiri dari pesan akademik, sosial, dan budaya yang tidak
terucap atau tersirat yang dikomunikasikan kepada siswa saat mereka berada di
sekolah.
Konsep kurikulum tersembunyi
didasarkan pada kesadaran bahwa saat siswa berinteraksi di sekolah dan belajar
materi yang sudah disiapkan tetapi ada banyak hal yang juga mereka lakukan dan
itu tanpa sengaja dipelajari.
Misalnya, bagaimana mereka harus
berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya, bagaimana
mereka seharusnya memandang ras, kelompok, atau kelas orang yang berbeda, atau
ide dan perilaku apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Istilah kurikulum tersembunyi disebut
“tersembunyi” karena biasanya tidak diakui atau tidak diteliti atau tidak
disadari atau tidak diperhatikan oleh siswa, guru, dan masyarakat luas.
Tetapi, justru itu yang paling kuat
memengaruhi hidup siswa bahkan guru karena yang paling diingat sepanjang hayat.
Perlu digaris bawahi bahwa kurikulum
tersembunyi dapat memperkuat apa yang dipelajari dari kurikulum formal atau
kurikulum tertulis, tetapi dapat juga bertentangan dengan kurikulum tertulis
itu.
Kurikulum tersembunyi bisa saja
mengungkapkan kemunafikan atau inkonsistensi antara misi, nilai, dan keyakinan
yang dinyatakan sekolah dan apa yang sebenarnya dialami dan dipelajari siswa
saat mereka berada di sekolah. sekolah.
Misalnya, sekolah dapat secara terbuka
mengklaim dalam pernyataan misi atau visinya bahwa sekolah tersebut menjunjung
tinggi nilai alkitabiah atau kristiani tetapi kenyataannya tidaklah
demikian.
Atau, sekolah tersebut berkomitmen
untuk memastikan bahwa semua siswa berhasil secara akademis, tetapi fakta
otentik dari kinerjanya menunjukkan adanya perbedaan ras atau sosial ekonomi
yang signifikan dalam hal nilai ujian, tingkat kelulusan, dan ukuran
keberhasilan lainnya.
Atau, juga terlihat jelas bahwa
sekolah itu telah melakukan reproduksi kesenjangan sosial dan pelanggaran
perlindungan anak.
0 comments:
Post a Comment